
Anak Agung Istri Vidya Saharani yang berkesempatan mewakili SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar kembali hadir menyabet juara II dalam ajang perlombaan membaca puisi Bali yang diadakan oleh Forum Intelektual Muda Hindu Dharma (FIMHD), dalam rangka memperingati Festival Anak Hindu Yang Ke-18 Tahun 2019. Hasil ini turut menorehkan catatan prestasi yng berhasil diraih SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar pada tahun ini. Perlombaan ini dilaksanakan di Maha Vihara & Pusdiklat Buddha Maitreya, Bali. Pembacaan puisi dan penilaian dilksanakan pada hari Sabtu (5/10), namun penyerahan penghargaan dan ceremonial diadakan pada hari Minggu (6/10).
SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar mengirim tiga orang peserta yang sebelumnya sudah dimatangkan oleh para pembina lewat pelatihan. Mereka bersaing dengan peserta lain yang berjumlah sekitar tiga puluh anggota dari kabupaten yang berada di provinsi Bali. Sebelumnya telah dilakukan persiapan selama 1 bulan untuk mengumpulkan seluruh peserta dari berbagai kelas yang ada di SLUB dan menyeleksi mereka agar mendapat peserta terbaik untuk diikuti lomba ini. “Untuk persiapan dilakukan selama satu bulan. Lama sih itu, dari beberapa kelas kita mengumpulkan siswa-siswa yang memiliki bakat membaca puisi, jadi ada banyak yang mengumpulkan puisi tapi yang terpilih hanya tiga yang terbaik,” tutur Ni Nyoman Ayu Savitri, sebagai pembina puisi. Pelatihanan diawali dengan tugas para peserta terpilih untuk membuat puisi dalam bahasa Indonesia secara individu, lalu puisi itu akan diberikan kepada guru Bahasa Bali agar dapat diubah kebahasaanya menjadi bahasa Bali. Dilanjutkan dengan latihan intensif terhadap para peserta yang akan diikuti lomba. Dalam pelatihan puisi ini, terdapat beberapa kendala yang dialami, diantaranya adalah kesusahan dalam pelafalan bunyi pada bahasa Bali. “Ada, biasanya dalam pelafalan bunyi bahasa Bali itu kan hurufnya bisa dibaca dengan berbeda, itu agak susah sih sebenarnya. Jadinya bunyi-bunyi lafalnya berbeda. Harus dibiasakan pelafalannya,” ujar pembina puisi. Ayu Savitri merasa sangat puas terhadap penampilan dari ke tiga peserta binaannya dan sebelumnya sudah berpikir optimis bahwa salah satu peserta binaannya harus menang. “Sangat puas, karena sudah berani tampil saja sudah bagus menurut saya, sudah berani, sudah bisa membacakan puisi bahasa Bali, berisi gerakan-gerakan, dan lainnya. Sebelumnya saya telah berpikir optimis bahwa salah satu peserta yang saya bina harus membawa pulang piala ke sekolah,” ucap Ayu Savitri.