
cerpen oleh A.A.I. Vidya Saharani --
Langit mulai semakin gelap. Bulan kini nampak lebih indah nan bersinar lebih terang. Para bintang berhamburan menghiasi langit malam agar nampak lebih cantik dipandang oleh ribuan mata dibawah sana. Kini Lucy sepertinya tidur lebih malam dibandingkan hari-hari sebelumnya – Lucy adalah gadis berambut coklat tua dengan mata coklat kopi yang amat indah, tak lupa dengan bibir merah mungilnya dengan kulit yang seputih susu nan selembut kapas. Lucy telah mematikan lampu kamarnya dan mengganti penerangannya menjadi lampu tidur yang cahayanya jauh lebih redup dibandingkan lampu kamarnya yang bercahaya amatlah terang. Lucy mulai berbaring di ranjangnya dan mulai menarik selimutnya. Berharap mendapatkan mimpi indah untuk hari ini, karena akhir-akhir ini Lucy selalu mengalami mimpi buruk yang selalu membuatnya terbangun di tengah malam. Ia menginginkan mimpi yang amatlah indah sampai ia tak ingin melupakannya saat ia telah membuka matanya nanti. Lucy menutup matanya dengan perlahan, dan perlahan demi perlahan ia mulai tenggelam dalam tidurnya.
***
Pintu? Pintu yang amat elegan dipandang mata. Pintu yang terbuat dari dark oak, dengan gagang pintu berwarna perak amatlah elegan dengan gaya pintu yang seperti ini. Tetapi pintu ini menuju kemana? Tangan mungil itu perlahan mulai menyentuh gagang pintu. Dingin, gagang pintu yang ia sentuh terasa amat dingin. Tetapi tanpa berpikir panjang pintu itu ia buka secara perlahan. Dunia yang dilihatnya adalah dunia yang ia inginkan. Kini ia berada di dunia impiannya. Lucy memulai langkahnya dengan perlahan. Jalan setapak yang kini jadi pemandunya. Pemandangan cantik memanjakan matanya. Kini kedua manik matanya tak bisa berhenti menatap sekeliling yang amatlah sayang jika ia lewatkan begitu saja. Langkahnya terhenti karena tirai dedaunan yang menutupi jalannya. Tangannya begitu gatal untuk segera membuka tirai dedaunan itu, berharap akan ada kejutan yang ia harapkan. Matanya kini terbelalak melihat apa yang ada di depannya. Kejutan yang amat berharga. Hamparan bunga dandelion telah berhasil menutupi tanah dengan sebuah pohon besar yang memiliki daun yang lebat berada di tengah-tengahnya. Percikan-percikan air terjun yang begitu deras menyambut kedatangannya. Air terjun itu terhubung dengan danau yang amat luas. Entah sedalam apa danau itu tetapi mulai nampak kepala-kepala para Loch Ness yang seketika muncul ke atas permukaan air. Para Harpy berterbangan kesana kemari menghiasi pemandangan langit biru yang amat cerah. Lucy mulai tertarik dengan pohon besar yang berada ditengah-tengah hamparan bunga dandelion ini. Kakinya mulai melangkah menuju pohon besar itu, beberapa bunga dandelion yang amat rapuh berterbangan mengikuti arah angin. Sesampainya di pohon besar itu. Pohon yang amat besar dan rindang sehingga sinar mentari tak bisa menembus dedaunannya. Pandangan Lucy kini mulai memandang bagian atas pohon yang dipenuhi para peri pohon yang sering dikatakan nymph. Hentakan kaki hewan terdengar jelas di belakangnya. Lucy terkejut dan memalingkan wajahnya ke asal suara. Dilihatnya seekor pegasus yang nampak begitu gagah dengan sayap yang lebar berwarna putih susu berhasil mendarat dengan sempurna. Tak tertinggal juga seorang pemuda dengan rambut hitam pekat dan mata biru yang tajam sedang menunggangi pegasus itu. Kedua manik mata biru itu menatap Lucy dengan tatapan tajam nan dingin. Pemuda itu turun dari punggung sang pegasus dan mulai melangkah mendekati Lucy dengan pandangan yang tak teralihkan.
"Siapa kau?" Suara pemuda itu terdengar sangat berat.
"Aku tak pernah melihatmu sebelumnya" Sambung sang pemuda.
"Aku Lucy. Aku baru saja memasuki tempat ini. Sangat indah" Senyuman manis kini terukir diwajah Lucy.
"Pendatang baru rupanya. Kenalkan, aku Zen sang pangeran dunia mimpi"
"Pangeran dunia mimpi? Apakah pangeran dunia mimpi yang membawa kuda putih yang akan menjemputku?"
"Sepertinya ini hanya ketidak sengajaan"
"Ah, maaf. Aku terlalu tinggi berharap akan dijemput oleh pangeran sepertimu"
"Lebih baik kuajak kau ke desa. Akan lebih aman jika kau berada disana"
"Desa? Boleh saja"
"Sebelumnya perkenalkan, ini Zhy. Ia adalah anak ke-12 dari Pegasus pertama. Ya, kau tau bukan pegasus pertama yang lahir dari darah medusa. Aku menemukan Zhy di tebing Olympus dan membawanya pergi ke kerajaan"
"Ya, aku tahu cerita pegasus pertama walau tak semua ku hafal"
"Baiklah sebelum gelap aku harus mengenalkanmu dengan para penduduk desa" Sang pangeran Zen mulai naik ke atas punggung Zhy sang pegasus,
"Naiklah" Suruh Zen kepada Lucy.
Lucy mulai naik keatas punggung Zhy sang pegasus. Tak menunggu lama Zhy langsung melesat terbang ke udara menuju desa yang berada dibalik tebing Varnox yang tak jauh dari tempat ini. Sesampainya mereka di desa, mereka disambut ramah dengan para penduduk desa. Lucy diberikan menginap di kerajaan untuk beberapa hari. Perkenalan kepada para penghuni kerajaan juga dilakukan karena dirinya adalah seorang pemimpi yang spesial. Malam ini mereka akan pergi menuju hutan nymph yang berada di sebelah barat kerajaan. Langit mulai semakin gelap. Bintang mulai bertaburan dan bulan telah menampakkan dirinya. Hentakan kaki kuda berlari secepat cahaya. Jeritan-jeritan suara kuda memecahkan keheningan malam ini. Hentakan kaki para kuda itu berhenti di dalam sebuah hutan yang luas dan rimbun. Cahaya rembulan mampu menembus sela-sela kecil dari dedaunan dan itu telah cukup untuk menjadi penerangan walau sedikit redup. Kaki-kaki telah turun dari kuda dan mulai menginjak tanah basah.
"Bawalah ini. Ini adalah cairan khusus untuk para nymph. Jangan biarkan cairan itu jatuh ke tanah, itu akan membuat semua tumbuhan mati seketika dan tanah akan menjadi kering. Jangan sampai itu terjadi, jika tanah tempat ini kering desa juga akan mengalami kekeringan total" Sang lord memberikan semangkuk cairan hijau neon kepada Lucy -- Lord Demian XXI adalah lord yang dihormati oleh para rakyatnya, memiliki kewibawaan seorang lord yang sangat kental.
"Baiklah lord" Lucy mengambil semangkuk cairan hijau neon itu dan membawanya secara perlahan.
"Aku akan menunjukkan jalannya. Mari ikutilah aku!" Suruh sang pangeran Zen.
Mereka bertiga berjalan secara perlahan menuju pohon tempat tinggal para nymph. Sebuah pohon besar nan amat lebat dituju mereka kali ini. Tanah yang basah membuat mereka harus berhati-hati di setiap langkah yang mereka buat. Akar-akar pohon besar juga nampak di permukaan tanah membuat banyak jebakan yang bisa membuat mereka jatuh kapan pun. Sampailah mereka di pohon terbesar yang pernah ada di hutan ini, yaitu pohon Layzhel. Pohon ini adalah tempat beratus ribuan Nymph tinggal dan berkembang biak. Lucy meletakkan cairan hijau neon itu didekat para Nymph yang sedang bergerumun di dahan pohon Layzhel tersebut. Cahaya kerlap-kerlip gemilau yang berwarna keemasan muncul pada saat para Nymph berterbangan mendekati cairan itu. Saat para Nymph sudah kembali ke tempat mereka masing-masing, Lucy kembali mengambil semangkuk cairan hijau neon itu.
"Sebaiknya kita kembali ke kerajaan. Langit telah semakin gelap, aku tak yakin penerangan kita cukup jika hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang cukup redup" Saran sang Pangeran Zen.
"Baiklah. Mari kita kembali ke kerajaan" Sang Lord Demian kini memimpin perjalan pulang mereka.
Dalam perjalanan tak sengaja Lucy tersandung akar pohon besar yang memang tak bisa dihindarkan. Mangkuk yang berisi cairan hijau neon itu tergeletak di tanah membuat cairannya menggenang di atas tanah. Lucy kembali berdiri dan mengambil mangkuk yang telah kosong itu dan melanjutkan perjalanannya menuju kuda. Para kuda akhirnya menghantar mereka sampai ke kerajaan dengan selamat dan lord memberikan mereka istirahat dengan tenang.
Langit telah merubah warnanya. Mentari telah terbit dibalik tebing Varnox memancarkan cahaya jingga kekuningannya. Gumpalan-gumpalan awan putih menghiasi langit pagi yang begitu indah. Tetapi situasi pagi hari ini dipenuhi akan keributan. Tanah desa yang kering, semua tumbuhan mati seketika, para warga kehausan karena minimnya air yang mereka dapat, dan udara terasa panas yang amat menyengat.
"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba keadaan berubah derastis secara mendadak seperti ini?!" Tanya sang lord panik.
"Sepertinya ada kejadian yang ada diluar dugaan kita" Sang lady angkat bicara.
"Apakah ada kaitannya dengan kejadian kemarin?" Tanya Lucy dengan ekspresi yang penuh tanda tanya.
"Apa kau membuat kesalahan kemarin Lucy?" Tanya pangeran Zen.
"Kemarin... Aku tak sengaja terjatuh" Lucy belum mengakhiri pembicaraannya tetapi Zen telah memotongnya terlebih dahulu.
"Apakah cairan para Nymph juga jatuh?!" Mata pangeran Zen kini membesar dan kedua pupil matanya mengecil, tubuhnya membeku menunggu jawaban dari Lucy yang sebenarnya ia tak perlu tanyakan lagi.
"Hmmm... Iya" Jawab Lucy dengan nada yang amat pelan, ia merasa sangat bersalah saat ini. Sang lord Demian dan lady Chamelia juga ikut terkejut dengan jawaban Lucy.
"Aku telah menduga ini akan terjadi!" Bentak pangeran Zen sedikit kesal dengan kerutan-kerutan di keningnya.
"Kau seharusnya tak menjatuhkan cairan Nymph itu. Akibatnya sangatlah berbahaya Lucy," Ucap lady penuh akan penyesalan.
"Lucy, ini mimpimu. Kau menginginkan awal yang indah dari mimpimu dan kau juga harus mengakhirinya dengan indah. Jika kau tak bisa mengakhirinya dengan indah kau tak kan bisa kembali ke dunia mu. Mungkin kau tak akan bernyawa lagi di duniamu saat kau tak bisa mengakhiri mimpimu ini dengan indah juga. Karena itulah aturan jika kau mengalami lucid dream" Jelas sang lord kepada Lucy yang kini membeku mendengarkan semua kata-kata yang telah dilontarkan lord Demian.
“Maafkan aku lord Demian, lady Chamelia, dan pangeran Zen. Diriku mengakui kesalahan fatal yang telah kulakukan tanpa sengaja. Aku akan bertnggung jawab atas kejdian ini”
"Aku akan membantumu Lucy. Tenang saja" Pangeran zen mencoba menenangkan Lucy agar tidak takut akan mimpinya sendiri.
"Lalu aku harus lakukan apa lord?" Tanya Lucy gelisah.
"Temukan dark lotus yang bersembunyi di dalam goa suci Mycola. Hanya ada dua dari empat belahan dimensi mimpi, yaitu di dimensi Holy dan dimensi Agrea"
"Baiklah. Aku akan membawa dark lotus itu kemari" Lucy berbalik dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari kerajaan dengan pangeran Zen yang mengekor.
"Kita akan meminta bantuan Zhy mencari goa suci itu" Zen memanggil Zhy sang pegasus dengan siulannya, Zen langsung menaiki punggung Zhy.
"Naiklah juga" Ajak Zen kepada Lucy. Lucy akhirnya menaiki punggung Zhy, Zen langsung memberi arahan kepada Zhy dan mereka langsung melesat naik menembus awan secepat cahaya. Beberapa jam telah berlalu begitu cepat. Mereka akhirnya menemukan goa Mycola di seberang sungai Felix. Zen langsung memberi arahan mendarat kepada Zhy. Pendaratan yang mulus dan tepat dilakukan Zhy. Lucy dan Zen kini telah menginjak tanah berlumpur yang ada di depan goa Mycola. Kaki mereka mulai melangkah tanpa ragu memasuki goa besar nan gelap itu. Dinding batu yang telah dihiasi dengan lumut-lumut basah telah menandakan betapa tua nan lembabnya goa ini. Suara hentakan kaki mereka terdengar bergema di telinga mereka. Semakin mereka jauh melangkah kedalam, oksigen terasa semakin menipis di rasanya. Jantung mereka kini berpacu lebih cepat dibanding sebelumnya. Obor-obor redup adalah penerang jalan mereka. Di depan pintu gerbang yang amat besar menuju tempat disembunyikannya dark lotus, Zen dan Lucy melihat raksasa cyclop bermata satu yang menjaga pintu gerbang itu.
"Mundurlah Lucy! Aku akan menghabisi siapapu penghalang jalan kita!" Zen menarik pedang leordano XXI dari sarung pedangnya. Tebasan demi tebasan telah dibuat Zen, tetapi raksasa Cyclop itu tak juga tumbang. Walau telah banyak luka yang timbul di sekujur tubuh Zen, ia tak menyerah sedikitpun. Kini Zen mengubah sasarannya menjadi ke satu mata yang dimiliki raksasa Cyclop itu. Pedang leordano itu kini telah berlumuran darah dan akhirnya berhasil menusuk mata sang raksasa cyclop itu. Raksasa cyclop akhirnya tumbang dan terbaring lemah tak bernyawa di atas tanah gua yang kering, membuat genangan darah yang amat besar. Pintu gerbang besar itu perlahan terbuka, membuat jalan yang luas untuk mereka pijak. Di depan mata mereka kini telah nampak sekuntum dark lotus yang di incar-incar. Mereka mengambil dark lotus itu dan membawanya ke kerajaan. Mereka pun memberikan dark lotus itu kepada sang raja dan sang raja pun menanamnya di dalam hutan Nymph. Seketika tanah menjadi subur kembali, air kembali mengalir, dan suhu udara kembali normal. Keesokan harinya Lucy berpamit kepada semua anggota kerajaan dan rakyat-rakyat desa untuk pergi.
***
Lucy terbangun dari tidurnya yang sangat lama. Kini Lucy berada di sebuah ruangan yang berada di rumah sakit, lengkap dengan tabung oksigen, alat bantu bernapas, dan infus yang telah di suntikan di tangannya. Lucy kini telah terbangun dari komanya. Berawal dari tidur dan mimpi yang indah, berakhir dengan keadaan kritis di rumah sakit, itulah yang dialami Lucy. Lucy hampir saja kehilangan nyawanya karena lucid dream yang dialaminya. Keluarga Lucy pun bersyukur karena Lucy bisa sadar dari komanya, dan Lucy juga bersyukur bisa keluar dari lucid dream tersebut.